Malam menghunus langit.
Menggelegarkan suara bertuan.
Hening, pecah memekakan
diantara mereka semua.
Berlari dan berlari
melompat dari bilik akan datangnya mereka.
Berusaha berucap
melewati celah-celah keperbudakan.
Tembakan demi tembakan, menjuru
menghempas tiap jantung hati.
Darah demi darah, menguar samar-samar.
Jatuh, merenggut, merapal,
semoga esok angin membawa asa baru
tentang kemerdekaan yang siap bersua.
----
Ini puisi yang saya buat pagi ini, dengan ditemani suara penjual Bakpao, pagi yang bergumul lembut, dan angin yang berdesir pelan.
Selasa, 17 Mei 2011. 06.23 WIB
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar