Ketika perih kembali bersua, aku kembali termenung.
Rutukan-rutukan sepi pembawa itu kembali datang,
membawa tiap-tiap sakit yang aku damba setiap malamnya
Hanya aku dan Ia yang selalu tahu apa yang setiap detiknya aku rasakan.
Setiap detik, ketika perih itu selalu menyergap.
Nyeri hatiku membawa semua sampai di sini.
Di sini. Ketika aku harus berjuang membuangnya, mengkristalkannya, memecahkannya
menjadi serpihan halus yang selalu siap aku terbangkan.
Sayang, ia kembali. Menjadi luka lama. Yang perihnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya.
Ketika semua berawal. Menjadi setetes embun yang terus menggantung pada langit-langit hatiku.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar