Pages

Dewasa itu Pilihan.

Kamis, 17 Mei 2012

Baru saja saya membaca salah satu postingan publik figur di tumblr. Saya suka dengan pemikiran-pemikiran dewasa dia, meski dia baru berumur 14 atau 15 tahun, sama seperti saya. Pemikiran hal-hal positif yang dia tuangkan seperti memberi pencerahan bagi diri saya sebagai anak remaja yang masih labil. Banyak hal dari postingan dia yang saya read membuat saya sadar begitu banyak anak yang beranjak dewasa tetapi belum memiliki pemikiran sematang dia, termasuk saya mungkin.

Beberapa kali, saya juga senang memperhatikan tweet-tweet dia twitter. Ada satu tweet, atau mungkin jawaban, dari pertanyaan followers dia yang membuat saya ngeh dan sadar bahwa kedewasaan adalah pilihan dan pilihan itu yang, kira-kira, menggambarkan masa depan kita, sehingga sebisa mungkin kita harus memulainya dari sekarang. Anak-anak zaman sekarang jarang sekali memikirkan tentang hal itu. Diri mereka lebih memikirkan yang-penting-sekarang-kayak-gitu-bisa-nanti. Saya tidak memungkiri bahwa saya pun kadang seperti itu dan saya ingin menghilangkan sikap seperti itu dari diri saya. Saya ingin berubah jadi lebih dewasa dan berpikiran ke depan.

Gambaran lain yang saya suka dari dia adalah bagaimana wawasan dia. Wawasan dia dalam jangka remaja ini menurut saya sudah dewasa. Bahkan, anak-anak seumuran dia mungkin belum memikirkan hal-hal apa saja yang akan datang di depan mata. Tapi, otaknya seperti telah terprogram bahwa dia harus ini, harus itu. Saya senang dengan dia yang sepertinya tidak senang mengeluhi tentang pelajaran. Mungkin beberapa kali, tetapi selalu dibuat enjoy.

Hal tadi mengingatkan pada guru seni rupa saya. Beliau pernah bercerita bahwa kakak kelas saya yang sekarang sudah kelas 2 SMA, yang menjadi salah satu di OSIS, dewan penggalang, dan juga panitia buku tahunan semasa SMP tidak pernah memandang pelajaran dengan sebelah mata atau mata penuh. Dia selalu mempelajari semuanya tanpa memandang bahwa ini sulit atau mudah, juga tidak pernah mengesampingkan urusan sekolahnya dari urusan-urusan di atas. Hal seperti inilah yang diperlukan dalam belajar, begitu kata beliau, dan saya setuju. Meski saya belum melakukan hal seperti itu, tapi suatu hari saya harus melakukan hal seperti itu.

Intinya, kedewasaan itu pilihan, seperti yang dikatakan publik figur yang saya bicarakan dan yang disiratkan guru seni rupa saya. Orang yang berpikiran dewasa tingkah laku dan cara berpakaiannya akan mengikuti perlahan-lahan, tetapi orang yang berpenampilan dewasa belum tentu berpikiran dan bertingkah laku dewasa. Itu kesimpulan yang saya ambil. Dan saya ingin menjadi orang yang berpikiran dewasa dengan tingkah laku yang dewasa. 

Sekarang, bagaimana dengan kamu? 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar