Pages

Cerita Hari Ini

Jumat, 15 Agustus 2014


Aktivitas pelan-pelan seperti membelenggu manusia dalam dunianya.
Itu sepenggal kutipan yang tiba-tiba menclok di otak saya. Bukan, itu bukan tentang kritikan keras saya terhadap orang-orang yang penuh kegiatan karena saya sebenarnya merupakan salah satu dari sekian orang yang dibelenggu oleh aktivitas.

Berbicara tentang dibelenggu-aktivitas, saya punya cerita pagi ini, saat saya akan berangkat ke sekolah. Pagi hari ini, saya diantar sekolah oleh Amo--orang yang sudah bekerja di rumah kami selama hampir 14 tahun, dan sudah saya anggap sebagai keluarga. Bapak sedang tidak di rumah, ada pekerjaan di luar kota. Anak laki-laki Amo, Ipin, yang baru duduk di bangku sekolah dasar (SD), akan berangkat ke sekolah juga dengan mengendarai sepeda. Kebetulan sekolahnya dekat dengan rumah saya. Sebelum saya berangkat sekolah, saya senang menggoda Ipin. Saat saya akan menaiki motor, saya melihat di dahi sebelah kananya terdapat luka. Lalu saya bertanya, "Kamu luka to, Pin?"
Amo pun menjawab, "Kemarin nyelungsep di semak-semak."
Lalu kami pun berangkat sekolah.

Di jalan, saya bertanya lagi pada Amo kenapa bisa sampai nelungsep di semak-semak. Amo pun menjawab kalau kemarin saat akan pulang, mereka ingin menghindari kakek-kakek tua yang membawa rumput gajah untuk pakan sapi. Tapi setiap kali mereka belok ke kiri atau ke kanan, kakek tua itu selalu bergeser ke arah yang sama pula. Akibatnya, ban motor mereka tersaduk batu, dan jatuh di semak-semak dekat sawah. Kata Amo kejadian itu sudah terjadi seminggu yang lalu. Saya jadi mikir, apa yang saya lakukan selama seminggu ya sampai saya baru tahu kejadian itu hari ini, lalu saya ingat-ingat lagi kegiatan saya selama seminggu kemarin. Seminggu kemairn memang saya selalu pulang sore sih. Paling cepat saya pulang pukul 4 sore. Sampai rumah biasanya sudah pukul 5 atau setengah 6 kurang, dan pukul segitu Amo sudah pulang. Lalu saya berpikir, "Sebegitu sibuknya kah saya, sampai-sampai saya jadi kudet dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di rumah?" 


Sejak duduk di bangku SMA, saya memang cukup mengikuti banyak kegiatan, dan kegiatan-kegiatan itu memang sedikit menyita waktu istirahat maupun bermain saya dengan keluarga. Tapi di satu sisi memang ada kesenangan sendiri ketika saya sudah mulai mengurusi atau mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, dan belum pernah terpikirkan di benak saya mengenai ke-apatisan-saya di rumah sampai hari ini.


Entah kenapa hal itu sedikit mengusik saya. Saya tahu itu hal sepele dan mungkin belum tentu berguna jika dipikirkan. Tapi entah kenapa, menurut saya, hal itu harus sedikit dipikirkan. Karena jika tidak, kita bisa saja tidak mengenali keluarga kita lagi, tidak peka dengan lingkungan keluarga dan rumah kita, serta egois secara-tidak-sadar dengan lingkunagan kita. Padahal tujuan kita mengikuti kegiatan di sekolah mungkin untuk meningkatkan jiwa sosial kita. Tapi jatuhnya jiwa sosial kita di lingkungan keluarga jadi berkurang. Sedikit salah memang, tapi hal itu memang terasa sedikit dilematis; kamu punya tanggung jawab atas apa yang sudah kamu ikuti, tapi juga punya tanggung jawab di rumah sebagai anak. Pada akhiirnya, kita memang harus tetap mengatur porsi waktu untuk kegiatan yang kita ikuti dan porsi waktu untuk keluarga. Dan itu semua butuh belajar, tidak didapat secara instan. Yang harus kita lakukan adalah menikmati proses belajar itu.



Tidak ada komentar :

Posting Komentar